myspace layouts

Senin, 19 Oktober 2009

Palestina

Senin, 7 September 2009 pukul 02.30 rombongan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah guna melanjutkan perjalan ke Masjid Al Aqsha di Palestina melalui Negara Jordan. Pada saat menuju bandara kami bersinggah sejenak ke Laut Merah, melihat masjid terapung. Karena kami sampai di sana menjelang sholat subuh, maka kami melakukan saur di di tepi Laut Merah. Karena keterbatasan waktu, maka rombongan tidak bisa berlama-lama ditempat tersebut.


Pukul 06.30 rombongan sudah siap di bandara King Abdul Aziz menuju Amman, dengan lamanya perjalanan 1 (satu) jam. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke perbatasan Jordan dan Israel menggunakan bis. Perlu waktu 40 menit untuk sampai di pintu perbatasan.dengan menuju Israel melalui tepi barat Jordan. Di sepanjang perjalanan menuju perbatasan Jordan-Israel, tampak pepohonan Zaitun yang berjejer teratur. Buah Zaitun dan minyak Zaitun ini memang merupakan trade mark hasil pertanian utama Jordan yang diekspor ke manca negara.

Untuk faktor keamaan, maka kami masuk ke Israel tidak membawa bawaan terlalu banyak, hanya baju beberapa stel saja. Barang-barang kami lainnya di simpan di Abu Ala Shop. Sebuha tok0oyang menjual souvernir-souvernir khan Negara Jordan.

Sepanjang perjalanan rombongan harus menjalani pemeriksaan di sejumlah check point yang tersebar di perbatasan Yordan, perbatasan Allenby Bridge, dan Jembatan King Husein. Tiba di keimigrasian Israel, kami melewati beberapa kali pemeriksaan tentara Israel ada pula yang wanita memegang pistol maupun senapan.
Selanjutnya kami periksan dengan mengunakan X-Ray, Semua badan saya diperiksa, isi pakaian, dompet, HP, dan semacamnya dikeluarkan. Setelah melewat X-Ray, passport saya bersama empat jama’ah Umroh Farfaza ditahan seorang tentara wanita. Menurut ustdz. Yahsayallah Mansur Satori, pimpinan rombongan kami, ini hal biasa. Kemudian pimpinan rombongan ditanya maksud dan tujuannya datang ke Israel.

Akhirnya kami semua diperbolehkan pindah ke pemeriksaan berikutnya. Kali ini, untuk pemeriksaan pasport. Saat antri enam orang di antara kami, termasuk saya mesti ditahan kembali dan disuruh mengisi formulir pendaftaran. “Biasa, yang muda-muda sering ditahan,” kata Ustadz. Yakhsayallah. Formulir yang sudah diisi tak bisa langsung diserahkan, karena harus menunggu panggilan dari petugas yang lain. Tulisan dan gambar yang berada di dinding yang berarti: “Israel Terbuka untuk Semua”, tampaknya cuma sekadar slogan.


Alhamdulillah pada saat itu sedang Ramadhan, sehingga ini merupakan ladang ibadah kami, akan diujinya kesabaran kami. Selama menunggu kami dapat melakukan dzikir dan tadarus Al Qur’an. Selain itu kami juga melihat gaya mereka bolak-balik ke ruang kantor, dan bercakap sesamanya dengan menggunakan bahasa bahasa Hebreo (Ibrani) dengan suara mereka yang lantang, seperti orang yang berteriak-teriak serta raut wajah yang garang,

Setelah menunggu selama tiga jam, dua orang tentara Israel wanita dan pria sambil memegang senjata meminta formulir yang diberikan untuk telah diisi diserahkan kepada mereka. Akhirnya kami menerima passport, dan pimpinan rombongan kami, mengingatkan kepada kami untuk mengecek passport, karena paspor tidak boleh di stempel oleh Imigrasi Israel, yang akan mengakibatkan kami tidak dapat kembali lagi ke Indonesia, karena antara Indonesia dan Israel tidak ada hubungan diplomatik.

Rombongan yang lolos pemeriksaan ternyata juga dilakukan pengecekan, yaitu di foto ulang diruang tunggu mereka dipanggil satu persatu untuk rekam dua sidik jari telunjuk dan di foto. Sungguh ujian kesabaran siapa yang sabar akan menang. Allahu Akbar.

Selanjutnya rombongan sudah ditunggu oleh gaet dan sebuah mobil. Kami menuju kota Ramallah, yaitu sebuah kota di Palestina yang terletak di tengah Tepi Barat, 10 Km sisi Utara dari kota Yerusalem. Kota ini adalah kota modern dan dianggap sebagai kota tidak resmi dari Otoritas Nasional Palestina.

Kami di Ramallah menginap satu malam. Melakukan aktivitas buka puasa, sholat dan Saur di hotel. Baru pada saat sholat subuh kami berkesempatan melakukan sholat di masjid dekat hotel. Sepanjang jalan menuju masjid terasa sepi sekali, tidak ada seramai suasana seperti di Indonesia pada setiap bulan Ramadhan.

Setelah di halaman Masjid banyak kendaraaan karena mereka berangkat sholat kebanyakan menggunakan kendaraan pribadi di bandingkan jalan kaki. Sehingga di jalan-jalan terasa sepi sekali menjelang subuh suasana Ramadhan tidak nampak seperti di Indonesia. Jama’ah pria dan wanita berbeda pintu masuk masjidnya. Setelah sampai di dalam masjid, sudah ada jama'ah ibu-ibu yang hadir. Saya tidak melihat usia muda yang hadir. Mungkin karena faktor keamanan .

Kami memperkenalkan diri, bahwa kami dari Indonesia sebagai saudara seiman. Kehadiran kami disambut gembira oleh mereka. Banyak hal yang kami bicarakan, mereka bingung dengan kami bisamembaca Al Qur’an tetapi tidak bisa bahasa Arab. Kami menjelaskan bahwa Al Qur’an yang kami miliki ada terjemahan Bahasa Indonesianya, jadi kami dapat memahami maksut dari isi Al Qur’an tersebut.

Mereka ramah-ramah, sangat respon dengan pembicaraan kami. Namun sangat di sayangkan kami tidak bisa lama berada di kota tsb karena harus melanjutkan perjalanan. Pada akhir pertemuan kami saling berpelukan, sebagai saudara seiman senang sekali dapat bertemu walaupun berbeda suku bangsa. Mereka senang sekali mendengar kami akan ke Al Aqsha.

Selasa, 8 September pukul 09.00 rombongan cek out dari hotel. Kami melakukan ziarah pula ke beberapa tempat, diantaranya:

Makam Yasser Arafat
Masih di kota Ramallah Kami menggunjungi pula makam Yasser Arafat. Israel tidak mengizinkan Yasser Arafat dikebumikan di Jerusalem padahal harapan Yasser Arafat ingin dikebumikan di Jerusalem dan menjadikan Jerusalem sebagai Ibukota Palestina. Monumen dari batu dan kaca terletak disamping makam Yasser Arafat diresmikan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, disana berdiri juga pemerintahan Palestina.

Makam Salma Al Farisi
Jarak parkiran bis ke Masjid cukup jauh, sehingga kami harus berjalan kaki menuju Masjid tersebut. seorang sahabat yang banyak memberikan andil dalam sejarah Islam. Makam tersebut memang terletak tak begitu jauh dari kawasan Haram As-Syarif. Namun tampaknya, ada suatu hikmah yang ingin disampaikan sang guide. Salam Al-Farisi adalah orang Parsi (sekarang Irak, Iran dan sekitarnya). Sebagaimana penduduk daerah tersebut, mulanya Salman adalah seorang penganut Majusi, penyembah api. Melalui perjalanan panjang mencari sebuah kebenaran, akhirnya ia memeluk Islam. Darinya Rasulullah menerima usulan dibangunnya parit pertahanan Madinah ketika orang-orang Quraisy yang bersekongkol dengan Yahudi Madinah serta beberapa suku lainnya berniat menyerang Madinah. (Itu sebabnya selain disebut Perang Ahzab (perang gabungan) perang ini dinamakan juga Perang Parit). Ketika itu banyak sahabat yang mempertanyakan kebijakan Rasulullah dalam menerima usulan yang dianggap datang dari orang asing (Parsi). Namun dengan bijaksana, Rasulullah menerangkan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara.


Masjid Al Aqsha
Alhamdulillah, dengan rasa haru apa yang kami inginkan dapat terwujud, akhirnya kami dapat masuk ke Masjid Al Aqsha di Yesrussalem (Al Quds). Dipintu gerbang masjid dijaga oleh tentara-tentara Israel. Belum pernah kami merasakan masuk ke sebuah masjid penjagaan ketat dari pihak keamanan, seperti yang kami rasakan tatkala masuk ke gerbang masjid Al Aqsha sudah berdiri para tentara Israel dengan membawa senapan laras panjang, dengan menanyakan, apakah kamu muslim. Sebuah pertanyaan yang aneh, sudah jelas kami masuk ke masjid akan beribadah kepada Allah. Ironis sekali.

Walaupun demikian, kami senang sekali dapat masuk ke Masjid Al-Aqsa, Masjid yang menjadi kiblat pertama kaum Muslimin dan merupakan tempat ketiga tersuci bagi umat Islam setelah Makkah dan Madinah. Alhamdulillah kami dapat memenuhi tiga masjid tersebut. Rasa haru yang mendapat kami dapat memenuhinya dibulan Ramadhan ini.
“Shalat di Masjid Al-Haram sama dengan 100.000 shalat di masjid lainya, dan shalat di masjidku (Masjid Nabawi) sama dengan 1.000 shalat di masjid lainya, dan shalat di Masjid Al Aqsha sama dengan 500 shalat di masjid lainya”. (HR Ath-Thabrani).
Masjid Al-Aqsha luasnya 142 hektar, areal yang dikelilingi pagar yang terletak di dalam pagar Al-Quds di sebelah timur dan selatannya. Halaman masjid Al Aqsha di tanamin pohon Zaitun.
Selayaknya semua orang yang memasuki masjid ini melakukan tahiyatul masjid di sebelah mana saja sepanjang berada di sekeliling tembok. Baik di samping pohon, di dalam Kubbah emas (Qubbah Sakhra) untuk jama’ah wanita atau di dalam bangunan masjid al-Aqsha untuk jama’ah pria.

Al-Quds juga merupakan wilayah bagi beberapa tempat ibadah suci Kristen, termasuk Gereja Yerusalem dan Gereja Ortodoks Yunani. Sehingga berbarengan dengan kami, banyak pula wisatawan yang datang ke masjid Al Aqsha.
Banyak diantara kita yang tidak tahu bagaimana bentuknya masjid Al-Aqsha. Masjid Al-Aqsha bukanlah masjid Qubah Al-Shakhra yang dibangun oleh Sayyidina Umar ra yang sering kita lihat. Dan Hal ini kembali kepada maksud busuk Yahudi untuk menghapus masjid Al-Aqsha dari ingatan muslimin. Mereka sengaja atau tidak sengaja selalu menampilkan foto masjid Qubbah al-Shakhra dan mengenyampingkan masjid Al-Aqsha sehingga ia lebih tenar dan dikenal dikalangan masyarakat muslim atau non muslim ketimbang masjid Al-Aqsha.


Sholat Tarawih di Masjid Al Aqsha
Lokasi hotel kami sangat jauh sekali dengan lokasi masjid Al Aqsha, kami harus berjalan melalui lorong-lorong perumahan penduduk Palestina sekitar 10 menit lamanya. Walaupun jarak yang ditempuh jauh tidak menyurutkan semangat kami untuk melaksanakan sholat tarawih berjama’ah di masjid Al Aqsha. Kami berangkat ke Al Aqsha untuk shalat tarawih setelah buka puasa dari hotel.

Lorong-lorong menuju masjid Al Aqsha dipenuhi dengan lampu yang kelap-kelip. Kami menjumpai beberapa anak Palestina sedang berlari-larian, pada pemuda yang duduk nongkrong. Kami cukup heran, mengapa mereka tidak bergegas untuk berangkat ke masjid guna menunaikan sholat Tarawih di bulan Ramadhan.

Ternyata memang mereka sudah masuk ke dalam srategi Israel, yaitu kaum muda di cekokin dengan hiburan-hiburan, yang membuat mereka makin gandrung "dicekoki" hiburan-hiburan mengasyikkan. Sehingga Al-Aqsa hanya menjerit dalam kesendirian karena telinga, mata, dan hati kaum Muslimin telah demikian tertutup oleh gebyar-gebyar dunia. Termasuk di bulan Ramadhan yang agung ini, saya melihat adanya Gebyar Ramadhan tidak jauh dari lokasi masjid Al Aqsha. Hiburan yang yang jauh dari tradisi Salaf, yang membuat kaum Muslimin terlena.

Aqidah dan moral generasi muda Palestina dirusak. Berbagai cara mereka lalukan agar generasi muda Palestina berpaling dari agamanya sehingga tidak menghiraukan lagi keberadaan Masjidil Aqsha maupun jihad melawan Yahudi Israel. Padahal Jama’ah Al-Aqsa telah berulang kali menyeru kaum Muslim di seluruh dunia, termasuk tentara-tentara Muslim yang tersebar di saentero negeri-negeri Muslim untuk segera membebaskan Al-Aqsa dari cengkraman penjajah teroris Israel

Tapi kebalikan, apabila kaum muslimin untuk melakukan sholat di masjid Al Aqsha akan dipesulit masuk ke dalam masjid Al Aqsha. Mereka nengawasi secara ketat hingga penangkapan terhadap muslimin yang dianggap aktifis masjid ataupun aktif di kegiatan keagamaan. Banyak mahasiswa Islam yang kuliah di perguruan tinggi di bidang syariah dan ushuluddin di Yerusalem yang kesulitan biaya dan dipecat dari pekerjaan akibat berbagai tekanan dan intimidasi Israel.

Penduduk muslim di wilayah ini selalu diawasi tentara dan bila mencurigakan akan ditangkap sehingga penduduk umumnya ketakutan untuk mendatangi masjid untuk shalat berjamaah. Shalat berjamaah di masjid hanya dihadiri segelintir orang tua yang rumahnya berdekatan dengan masjid.

Pemandangan suasana masjid Al Aqsha di malam hari dengan banyaknya orang berbondong-bondongnya untuk sholat tarawih membuat hati menjadi tergetar dan terharu. Aktivitas ibadah berjamaah itu tetap dilaksanakan di Al Aqsha, ditengah semakin brutalnya penindasan penguasa pendudukan Zionis terhadap hak-hak warga Palestina, yang dilakukan dengan tujuan menghalangi para warga tersebut untuk dapat pergi ke Masjid Al Aqsha.

Kami hadir, halaman masjid Al Asha sudah dipenuhi banyak jama’ah yang akan melakukan sholat Tarawih berjama’ah. Hembusan angin cukup kencang tapi tidak menyurutkan mereka untuk melakukan sholat tersebut. Kami memilih untuk sholat di dalam masjid, kebetulan untuk jama’ah wanita ada di dalam masjid Qubah emas (Qubbah Sakhra).

Suasa didalam masjid cukup ramai pula, sudah bayak yang mengambil barisan kemudian bertadarus, menunggu sholat di mulai. Sebelum kami duduk, mengambil posisi untuk sholat, kami berjabat tangan dengan jama’ah yang sudah hadir. Salah satu dari mereka, menyatakan kami dari mana, mungkin melihat cara berpakaian kami. Karena kebayakan kaum wanita di sana menggunakan abaya hitam, dan melakukan sholat tidak mengunakan mukena sebagaimana asal Indonesia.

Setelah mereka mengetahui asal kami, dan niat kami berkunjung ke Al Aqsha, mereka senang sekali, menyambut kami dengan suka cita. Malahan ada yang merangkut kami merasakan saudara seiman. Sungguh kebahagiaan yang tak ternilai, dipersatukan dengan aqidah yang sama.
Iqomat berbunyi, sholat akan dimulai. Sebelum sholat Tarawih dilaksanakan sholat Isya berjama’ah. Bacaan Imam sholat sangat indah, meningkatkan spiritual dan kekhusukan dalam melakukan Sholat. Air mata berderai, merasakan keimanan yang mendalam apalagi tatkala witir, sebelum ruku, Imam melakukan qunut dan berdoa dengan doa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada cucunya Hasan bin Ali, yaitu:
“Ya Allah berilah aku hidayah, termasuk pada orang yang Engkau beri hidayah, dan berilah aku keselamatan, dan orang yang Engkau anugrahi keselamatan dan perbaikilah urusanku, termasuk dalam orang yang Engkau perbaiki urusannya, dan berkahilah aku pada apa yang Engkau anugerahkan kepadaku, dan hindarkan aku dari kejahatan apa yang Engkau putuskan, sungguh Engkaulah yang memutuskan dan bukan diputuskan, dan sungguh tidak akan hina orang yang Engkau tolong serta tidak akan mulia orang yang memusuhi-Mu, Maha Berkah Engkau dan Maha Tinggi, tiada tempat berlindung dari-Mu kecuali kepada diri-Mu”

“Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang menghalangi dari jalan-Mu dan mendustakan para Rasul-Mu dan tidak beriman dengan janji-Mu. Cerai beraikan persatuan mereka, lemparkan rasa takut pada hati mereka, dan lemparkan adzab-Mu atas mereka wahai Illah yang haq.”
Kemudia bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdoa untuk kaum muslimin semampunya dari kebaikan, lalu mintakan ampun untuk mereka.
Selesai melaknati orang-orang kafir dan bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diteruskan dengan membaca :

“Ya Allah! Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya untuk-Mu kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu kami menuju dan menyegerakan langkah kami Kami mengharap rahmat-Mu wahai Tuhan kami dan kami takut adzab-Mu yang sangat. Sesungguhnya adzab-Mu akan mengenai orang yang memusuhi-Mu.”

Para jama’ah hampir semuanya mengeluarkan air mata. Apalagi mereka merasakan sekali sebagai kaum yang tertindas selama ini.
Masjid Hebron
Untuk masuk ke dalam masjid tidak mudah. Terkadang boleh masuk, terkadang tidak, tergantung dengan situasi yang ada. Banyak tentara Israel yang berjaga-jaga di sana. Kami masuk melewati alat sensor. Akhirnya kami dapat masuk ke dalam masjid ada makam Sayyidina Ibrahim AS. Selain itu ada juga Makam Nabi Ishaq & Makam Ibu Saroh. Dibawah masjid itu, sebenarnya banyak makam para Nabi -karena banyak Nabi yang berasal dari Bani Israel. Tapi oleh Israel ditutup,
Masjid ini di bagi menjadi dua. sebagian milik orang Islam, sebagian milik orang Yahudi. Karena Yahudi juga mempunyai keyakinan kalo Abraham itu Bapak mereka. Beberapa tahun silam, dimana waktu itu orang-orang Yahudi menembaki orang-orang Islam yang sedang sholat di dalam masjid tsb. orang-orang Yahudi tidak menerima kalo Bapak mereka diakui Bapak juga oleh orang-orang Islam

Sungguh perjalanan yang yang mengharukan, sekaligus meningkatkan keimanan. Semoga Allah senantiasa mengikat hati kaum Muslimin di mana saja, untuk selalu saling bertautan. Amin.

Tidak ada komentar: