myspace layouts

Senin, 19 Oktober 2009

Madinah

Tiba hari pemberangkatan. Hari ini saya lebih memantapkan lagi untuk melaksanakan ibadah Umroh. Kakak saya menjemput saya untuk mengantarnya ke bandara tapi sebelumnya saya bersinggah ke rumah orang tua, sekalian beliau ingi pula mengantar saya.

Pukul 12.00 WIB, saya sampai di Bandara Cengkareng, ternyata rombongan yang berangkat bersama-sama dari KBIH Al Fatah belum datang. Saya menunggu bersama keluarga. Akhirnya setelah semua administrasi selesai pukul 13.45 rombongan melakukan cek in.

Rombongan berangkat dengan transit di Bangkok, menggunakan pesawat Air Asia, pukul 16.20 pesawat lepas landas. Kali ini adalah pertama kalinya saya menggunkan pesawat terbang. Hati ini campur aduk rasanya sedih, haru dan gembira. Setiap pihak pesawat mengumumkan bahwa situasi cuasa tidak memungkinkan, rasanya deg-degan.

Alhamdulillah pukul 20.00 waktu setempat (Waktu antara Bangkok dan Jakarta tidak ada perbedaan) pesawat tiba di Bangkok. Sebelum melanjutkan penerbangan kami melalukan proses imigrasi terlebih dahulu walaupun hanya transit.

Kembali saya mengalami ujian, pada saat pengecekan passport, passport saya tidak dapat terbaca oleh sistem komputer. Karena ada kesalahan dari pihak travel, yaitu melakukan stemples tiket pesawat pada halaman foto. Pada sat itu saya tetap tenang sambil berdzikir. Beberapa kali petugas mencobanya tapi gagal, lemas rasanya, mana semua rombongan sudah pada masuk. Akhirnya saya dilakukan pengecekan data secara manusia, kemudian dilakukan pemotretan ulang. Kemudian saya masuk bergabung dengan rombongan.

Bandara international di Bangkok ini megah sekali dengan berbagai fasilitas yang ada. Kesan pertama, begitu besarnya luasan bandara jika dibandingkan dengan bandara Soekarno-Hatta. Langit-langit bangunannya tinggi berbentuk kubah. Sejauh mata memandang lempengan besi dan alumunium yang menjadi rangka-rangka bangunan, jelas terlihat.


Selasa, 1 September pukul 00.30 waktu Bangkok kami melakukan perjalanan ke Amman. Kali ini jenis pesawat yang dipergunakan lebih besar dari pesawat sebelumnya. Sehingga saya tidak begitu merasakan goncangannya. KamI makan saur di pesawat dengan waktu sudah berbeda dengan Jakarta. Sholat subuh berjama'ah dilakukan di pesawat. Pesawat mendarat pukul 05.00 waktu Jordan, atau pukul 09.00 waktu Indonesia.

Selanjutnya kami akan melanjutkan perjalanan ke Jeddah. Menunggu waktu tsb. Kami istirahat di hotel dekat Bandara s/d pukul 04.00 sore karena akan melanjutkan penerbangan ke Jeddah pukul 19.20 waktu Jordan.

Pukul 19.30 pesawat lepas landas menuju Jeddah. Hari ini kali pertama saya merasakan puasa selama 16 jam beda dengan di Indonesia hanya 13 jam. Kami berbuka puasa di pesawat. Sampai Jeddah pukul 23.00, selanjutnya dengan menggunakan bis kami menuju Madinah. Jarak tempuh antara Jeddah dan Madinah adalah sekitar 6 Jam perjalanan, dengan kecepatan rata-rata 80 s-d 100 km/jam,

Rabu, 2 September pukul 02.30 alhamdulillah rombongan sampai di Madinah, subhanallah kota yang indah sekali, air mata tak terasa mengalir mengingat keagungan Allah. Allahu Akbar. Walaupun masih pagi sekali, Madinah tetap bergeliat ramai dengan orang-orang yang lalu lalang seperti siang hari.

Rombongan sampai di hotel, yang letaknya agak jauh dari masjid. Kemudian kami melakukan saur di hotel dan pembagian kamar. Dalam 1 (satu) kamar sebanyak 2-3 orang. Kalau saya bersama dengan 2 (dua) orang ibu. Mereka semua sudah pernah melaksanakan ibadah haji, hanya saya saja yang belum. Saya senang sekali dipertemukan oleh mereka, karena mereka bersedia untuk bersama-sama menjalankan ibadah Umroh ini, khususnya saya akan mendapatkan bimbingan oleh mereka. Terima kasih ya Allah saya diberikan kemudahan.

Pukul 03.30 kami berkumpul kembali guna melakukan shalat subuh berjama’ah di masjid Madinah. Terteguh saya melihat masjid yang begitu indah dan modern. Kagum dengan struktur bangunannya, halaman-halaman masjid banyak payung-payung raksaksa yang tinggi ini dikendalikan secara elektronik, bila siang hari sangat terik maka payung ini akan terbuka dengan indahnya dan di badan dari tiang payung ini mengeluarkan hawa dingin karena di tiang ini di pasang AC yang akan nyala secara otomatis bila payung dibuka.

Setiap Jama’ah yang akan memasuki masjid Nabawi tas bawaannya diperiksa oleh para Askar (keamanan masjid), hal tersebut sudah menjadi peraturan. Di khawatirkan ada yang bawa Kamera maupun Senjata Tajam dan Api karena barang-barang tersebut di larang untuk di bawa kedalam Masjid. Masuk ke dalam masjid tiang-tiang raksasa yang tersusun rapi, lampu-lampu besar, ornamen indah dimana-mana, ukiran di sana-sini, Al Qur'an di setiap tiang dan Air zam-zam berada di mana-mana memudahkan para jam'ah untuk meminum sepuasnya air zam-zam tsb dan tempat penyimpanan sandal pun ada di setiap.









Kubah dapat terbuka dan tertutup secara manual maupun secara elektronik, ini di gunakan untuk pengaturan udara. Biasanya kubah akan terbuka pada saat subuh (kecuali udara sangat dingin) dan bilamana siang akan di buka bila suasanya hari tidak terlalu terik. Keindahan dan kemegahan masjid ini sungguh mengagumkan. Betah rasanya berlama-lama di dalamnya

Saya datang belum masuk waktu subuh sehingga masih ada kesempatan untuk melakukan sholat lail. Jama'ah sudah berdatangan dari berbagai penjuru dunia, dengan berbagai ragam,tapi tujuannya sama mencapai redho illahi. Subuh berkumandang, jama'ah semakin memadati masjidil Haram, para jama'ah terasa khusyuk sekali mendengarkan imam masjid memimpin sholat Subuh.Walaupun Ayat yang di baca panjang tidak terasa lama. Setiap habis sholat wajib, selalu ada sholat jenazah. Selesai sholat subuh saya bersama dengan teman satu kamar pulang ke hotel untuk istirahat, setelah lelah melakukan perjalanan jauh.

Raudhoh
Kami istirahat hanya sebentar pukul 10.00 WIB kami sudah siap untuk ke masjid kembali, karena ada keinginkan untuk ke Raudhoh disebut juga taman Syurga, seperti dari Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Antara rumahku dengan mimbarku ada satu taman dari sekian banyak taman surga.” Untuk jama’ah wanita diberikan waktu-waktu tertentu untuk ke Raudhoh, yaitu pukul 07.00 - 11.00 terus dibuka kembali ba'da ashar - magrib. Raudah adalah salah satu tempat yang makbul untuk berdo’a. Di sana saya melakukan sholat 2 (dua) rakaat. Selanjutnya saya dan 2 orang teman tidak kembali ke hotel, melakukan I’tikaf di masjid Nabawi dengan memperbanyak ibadah sampai dengan waktu berbuka puasa.


Buka Puasa di Masjid Nabawi
Suasana ba’da sholat Ashar di Masjid Nabawi ramai sekali, karena para Askar akan mengelarkan plastik putih diantara 2 (dua) shaf, jama’ah duduk saling berhadapan. Sajian menu buka puasa adalah kurma, roti arab, yogurt, air minal, air zam-zam dan ada pula air yang di dalam teko atau termos yang berisi air yang rasanya seperti air jahe. Di sini tidak akan menemukan menu berbuka seperti di Indonesia, yaitu kolak, es buah, bakwan dan sejenisnya.

Saya dan teman saya mencoba makan menu tersebut dengan melihat dan mengikuti orang didepan saya, yaitu sang yoghurt dicampur dengan bubuk warna coklat yang berbau rempah, dan roti dimakan setelah dicolekkan pada yoghurt tsb. Tapi lidah Indonesia ini tidak bisa kompromi, ternyata tidak cocok dengan selera saya dan teman saya. Akhirnya yang di makan beberapa butir kurma didorong dengan air zamzam saja. Supaya tidak mubazir kami memberikan jatah roti dan yoghurt kepada sebelah kami, yang terlihat menyukai menu tsb. Kebalikannya kami dikasih kurma oleh mereka akhirnya menjadinya ajang tukar menu buka puasa.

Terasa sebuah persaudaraan yang indah sekali.Suasana yang menyenangkan dapat berbuka puasa bersama dengan saudara seimaan di Madinah ini. TIdak ada perbedaan apapun semua membaur menjadi satu dengan tujuan yang sama hanya mengharapkan keredhoan Allah SwT.

Hanya membutuhkan waktu 5-10 menit para askar sudah siap untuk bersih-bersih, qomat berbunyi maka para jama’ah bersiap untuk melakukan sholat magrib berjama’ah. Stelah itu kami pulang ke hotel, untuk mandi dan makan besar.

Sholat Tarawih
Ba'da sholat Isya, kami melakukan sholat tarawih sebanyak 23 rakaat. Jama'ah yang hadir cukup banyak sekali, dari kalangan tua dan muda, anak-anak dan dewasa untuk berlomba-lomba dalam memperoleh keberkahan dari Allah di bulan Ramadhan.

Awal sholat Tarawih di masjid Nabawi terasa berat karena harus melahan rasa ngantuk. Perbedaan jam dengan Indonesia sekitar 4 jam, pada saat sholat Tarawih di Indonesia sudah menunjukan pukul 12.00 WIB. Karena tekad dan niat yang kuat, akhirnya dapat dilalui walaupun ada beberapa rakaat saya melakukan sholat dengan posisi duduk. Pukul 12.30 kami selesai melakukan sholat tarawih dan kembali ke hotel untuk istirahat.

Kami tinggal di Madinah selama 3 (tiga) hari selain rutinitas tersebut, kami juga melakukan ziarah di kota Madinah, diantaranya:

Masjid Al Quba’
Masjid Quba adalah sebuah masjid yang terletak di daerah Quba. Quba itu sendiri terletak +/- 5 km sebelah barat daya Madinah. Pertama di bangun oleh Nabi Muhammad sebelum masjid Nabawi.

Disunnahkan bagi orang yang datang ke Madinah agar ziarah dan shalat di Masjid Quba’ demi mengikuti sunnah Rasulullah saw. Sebagaimana yang dijelaskan dalam riwayat berikut.

Adalah Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian dating ke Masjid Quba’, lalu shalat di sana, maka baginya padahal seperti pahala umrah.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:1160, dan Ibnu Majah I:453 no:1412).

Jabal Uhud
adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Letaknya +/- 5 km dari pusat kota Madinah, berada di pinggir jalan lama Madinah-Makkah. Mulai tahun 1984 perjalanan haji dari Makkah ke Madinah atau dari Madinah ke Jeddah tidak melalui jalan lama tersebut, melainkan melalui jalan baru yang tidak melewati pinggir Jabal Uhud. Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin sebanyak 700 orang melawan kaum musyrikin Makkah sebanyak 3000 orang. Dalam pertempuran tersebut yang gugur sampai 70 orang syuhada, antara lain Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW.

Masjid Qiblatain
Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Pada permulaan Islam, orang melakukan shalat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerussalem/Palestina. Pada tahun ke 2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur di masjid Salamah ini, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqarah ayat 144. Dalam shalat tersebut mula-mula Rasulullah SAW menghadap ke arah masjidil Aqsa tetapi setelah turun ayat tersebut di atas, beliau menghentikan sementara, kemudian meneruskan shalat dengan memindahkan arah kiblat menghadap ke Masjidil Haram. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.
Khandak/Masjid Khamsah
Khandak dari segi bahasa berarti parit. Dalam sejarah Islam yang dimaksud Khandak adalah peristiwa penggalian parit pertahanan sehubungan dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh kafir Quraisy bersama dengan sekutu-sekutunya dari Yahudi Nadir, Bani Ghathfan dan lain-lainnya. Di saat itulah Rasulullah SAW mendengar kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya akan menggempur kota Madinah, maka Rasulullah SAW bermusyawarah dengan para sahabat-sahabatnya, bagaimana cara menanggulangi penyerangan tersebut. Pada waktu itu sahabat Nabi, Salman Al Farisi memberikan saran supaya Rasulullah SAW membuat benteng pertahanan berupa parit. Usul tersebut diterima Rasulullah SAW sendiri. Maka digalilah parit pertahanan tersebut di bawah pimpinan Rasulullah SAW sendiri. Peristiwa pengepungan kota Madinah ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke lima Hijriyah. Peninggalan perang Khandak yang ada sampai sekarang hanyalah berupa lima buah pos yang dulunya berjumlah tujuh, yang menurut sebagian riwayat tempat tersebut adalah bekas pos penjagaan pada peristiwa Khandak dan sekarang dikenal dengan nama Masjid Sab’ah atau Masjid Khamsah.

Pasar Kurma
terletak di Kota Madinah, dibangun pada tahun 1982 dan terletak 600 meter sebelah selatan Masjid Nabawi. Pasar ini khusus menjual macam-macam Kurma diantaranya Kurma kesayangan Nabi yaitu Kurma Ajwa.


Gunung Magnet
terletak di sebelah utara kota Madinah, dengan suhu lebih dingin yg berbeda dengan pegunungan lainnya di daerah arab gunung ini dapat mendorong sebuah kendaraan dengan kecepatan maksimal 180 km/jam sejauh 12 km dengan posisi peersnelling normal. konon katanya ada seorang peneliti dari singapura yang ingin mencari pusat magnet tapi tidak diketemukan dan gunung ini juga tidak merusak alat-alat elektronik.


Tak terasa 3 (tiga) hari akan berlalu. Berat rasanya harus meninggalkan kota Madinah dengan masyarakat yang ramah-ramah penduduknya. Terlihat pada para pedagang yang melayani pembeli dengan santun. Mereka bisa juga berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Harga barang yang dijual masih bisa ditawar dan pembayaran menggunakan rupiah dilayani juga. Konon mereka seperti itu karena jama'ah haji atau umroh yang senang berbelanja adalah rombongan jama'ah dari Indonesia selain itu karena jumlah jama'ah dari Indonesia jumlahnya cukup besar.

Kehidupan mereka bergeliat pada malam hari, Siang harinya mereka jarang yang berada di luat, sehingga jalanan sepi sekalai dari aktivitas. Waktu berpuas di Madinah lebih lama dari waktu Indonesia. Alhamdulillah kami tidak merasakan kesulitan berpuasdengan jam tersebut. Kendal yang dihadapi adlah jam tidur biologis kamis. Perbedaan waktu membuat mata harus terjaga sesuai dengan jam Madinah.

Pada saat Ramadhan ini para perduduk jua berlomba-lomba untuk memberikan suplai makanan ke masjib Nabawi pada saat menjelang adzan magrib. Ribuan jama’ah yang hadir untuk berbuka semuanya mendapatkan jatah buka puasa.

Tidak ada komentar: