Jum’at kemarin saya mendapat kabar bahagia dari teman saya, akhirnya ada pria 'sebrang' yang mau melamarnya (Aq dilamar..). Subhanalloh kabar yang mengembirakan. Sebuah penantian panjang yang menghasilkan kebahagiaan.
Teringat kembali pertemuan saya dengan sang suami tercinta. Tak terasa sudah delapan tahun lamanya kami disatukan dalam keindahan ibadah yang bernama pernikahan ini. Kami dipertemukan Allah dalam waktu yang sangat singkat, hanya tiga bulan (Januari - Maret), akhirnya sepakat melangsungkan pernikahan (April). Padahal sebelumnya sama sekali tidak saling kenal.
Ada teman saya malah sebaliknya. Bertahun-tahun mereka saling kenal. Tak ada berita sedikitpun keduanya menjalin kasih sebelum itu. Tiba-tiba datang undangan yang cukup mengejutkan hampir semua orang yang mengenalnya. Judulnya 'hubungan rahasia' yang alhamdulillahnya diakhiri (atau diawali?) dengan pernikahan.
Jodoh oh jodoh... benar-benar rahasia Allah yang tidak terduga. Ada orang yang sudah bertahun-tahun pacaran, tapi tak kunjung menikah, akhirnya malah menikah dengan orang yang baru beberapa hari ditemui.
Ada juga kakak kelas saya yang aktifis dakwah kampus. Suaminya aktifis di tempat yang sama. Sering beradu argumen dalam rapat-rapat kepengurusan. Sampai panas-panasan kalau sudah berdebat. Tahu-tahu dijodohkan Allah setelah beberapa tahun lepas dari kepengurusan. Saya tidak tahu, apakah aksi adu debatnya terus berlanjut setelah mereka menikah atau tidak
Ada juga seorang teman yang jatuh cinta dengan sesama aktifis di kampus. Tahu-tahu pas lulus orang yang disukainya itu dilamar orang. Dan berjodoh dengan orang yang baru dikenalnya. Patah hati? mungkin sedikit, tapi life must go on... ada cita-cita yang lebih besar, yang perlu perhatian besar, dari pada berlama-lama menata hati yang hancur. Bagi saya, inilah bingkai keimanan yang selalu positif dalam merespon takdir Allah, seberapa pun menyakitkannya takdir itu.
Ada juga orang-orang yang sampai di usia mapan belum juga mendapatkan seorang pendamping. Mungkin alasannya bermacam-macam. Belum ketemu yang cocok, fisik calon yang disodorkan kurang sempurna, sampai masalah pendapatan yang belum cukup untuk menghidupi keluarga.
Bagi saya sebenarnya cuma satu saja alasannya, Allah belum mentakdirkannya menemukan belahan jiwa. Yang saya maksud dengan takdir itu adalah seluruh usaha untuk memenuhi takdir itu, mau pun ketetapan Allah dalam perjodohan itu sendiri. Dalam hal ini sulit untuk dipaksakan. Masalah selera, kecenderungan jiwa akan keindahan dan kesholehan adalah hak prerogatif setiap orang. Meskipun masalah keimanan kepada takdir Allah tercakup di dalamnya. Dan seharusnya, bagi setiap muslim, masalah keimanan inilah yang utama.
Ya... itulah. Sulit kalau membicarakan topik yang satu ini. Karena ini merupakan satu dari rahasia Allah yang sangat banyak jumlahnya di dunia ini.
Robbanaa hablanaa min azwaajina wa zurriyyatinaa qurrota a'yun, waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa..
(Ya Allah, berikanlah pasangan dan anak-anak yang menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa).
Thanks Hafizah N, 'met happy buat Een.!